Kamis, 18 Oktober 2012


MAKALAH
USIA MADYA
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan
D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

DEWI WULANSARI                        (35.11.4.039)
NURHAYATI SARAGIH    (35.11.4.056)
RISKA SYAHFITRI             (35.11.4.059)





JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2012





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan derajat para kekasihNya di hadapanNya, yang memakaikan mahkota kemakrifatan kepada mereka, yang memberi mereka minuman dari telaga cinta-Nya yang paling jernih, yang memilih mereka dengan menyampaikan diri mereka keharibaan-Nya dan yang membukakan tabir rahasia keEsaan-Nya.
Shalawat serta salam yang utuh dan sempurna tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin seluruh alam, orang yang paling sempurna dalam makam tajalli terhadap sifat ketuhanan tuhan-Nya dan orang yang telah mencapai tujuan yang paling sempurna dari ubudiyyah kepada tuhan-Nya. Dialah tuan dan sekaligus junjungan kita Nabi Muhammad SAW , matahari hidayah dan makrifat yang terus bersinar diatas kerajaan-Nya.
            Dengan mengucapkan  syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat-Nya makalah ini dapat disusun, sehingga bisa menjadi pegangan bagi pembaca dan kalangan umum.
            Kami juga mengucapkan terima kasih  kepada Rina Mirza, M.Psi             selaku dosen mata kuliah “PISIKOLOGI PENDIDIKAN” dimana Beliau telah memberikan kami kesempatan untuk membahas topik ini lebih dalam lagi. Dalam makalah ini kami membahas tentang Karakteristik, tugas dan perkembangan usia Madya.
                        Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Karena itu, kepada para pembaca mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan kami untuk selanjutnya.


Medan,  Oktober 2012
 


BAB I
PENDAHALUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya.






1.2.   Tujuan
1)      Menjelaskan tentang periode   perkembangan pada masa dewasa madya
 (setengah baya)
2)      Mendeskripsikan tentang tugas  perkembangan pada masa dewasa madya (setengah baya)
3)      Mendeskripsikan tentang karakteristik  perkembangan pada masa dewasa madya (setengah baya)

1.3.   Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui periode, tugas dan karakteristik perkembangan peserta didik pada masa dewasa madya (setengah baya).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Pentingnya Usia Setengah Baya
Terdapat paling tidak  dua alasan dua alasan pokok dan dua tujuan penting yang ingin dicapai sehingga ilmu pengetahuan, khususnya psikologi, sangat berminat mempelajari masa setengah baya. Alasan pokok   dimaksud adalah ;
1)      Adanya gejala pertambahan proporsi individu dalam asa setengah baya yang terjadi dari tahun ke tahun.
2)      Dibutuhkannya dasar-dasar pengetahuan psikologis yang dapat dijadikan pertimbangan-pertimbangan dalam “menghadapi” individu-individu yang berada dalam masa itu.
Kedua alasan pokok tadi ditujukan untuk menemukan dua hal penting yaitu :
1)      Agar dapat dipetik manfaat yang setingginya-tinggginya dari adanya tenaga potensil setengah baya ini bagi kepentingan masyarakat umum dan negara.
2)      Agar diperoleh pengetahuan yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan itu sendiri dalam rangka penyesuaian-penyesuaian hidup sehingga dicapai hidup yang lebih berbahagia.
Kebutuhan akan dasar-dasar pengetahuan psikologis dalam “menghadapi” individu usia setengah baya, berhubungan erat dengan keanfaatannya dalam kegiatan pendidikan dan pembibingan, juga lapangan pekerjaan. Dalam kegiatan pendidikan, bagi Indonesia, nampak sekali diperlukan pengetahuan tentang psikologi orang dewasa (khususnya setengah baya) terutama dalam usaha mendidik warga dewasa dipedesaan yang sebagian besar agaknya adalah orang-orang dalam  masa setengah baya. Relative sama dengan itu adalah keperluan dalam kegiatan penyuluhan perkawinan, pembibingan dan penyuluhan pertanian bagi orang-orang dewasa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa informasi-informasi yang disampaikan dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas ini, akan jauh efektif dan efisien jika dipertimbangkan pula faktor-faktor psikologis warga didik atau warga yang dibimbing.

          
 2.2.  Periode dan Tugas Perkembangan Setengah Baya (40-60 Thn)
    2.2.1.  Periode Perkembangan  Setengah Baya
            Masa ini pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60  tahun.  Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra,seperti tidak sedikit orang yang menggunakan kaca mata untuk membaca, atau mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang sebelumnya tidak teralami (seperti rematik, atau asam urat). Tugas-tugas perkembangan  yang harus dituntaskan  pada usia ini meliputi :
(1) memantapkan pengamalan ajaran agama
(2) mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
(3) membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
(4) menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
(5) mencapai dan mempertahankan prestasi   yang memuaskan dalam karier dan (6) memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.[1]

      2.2.2. Tugas Perkembangah Setengah Baya
             Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan  ini timbul karena mereka senang lagi bersolek,suka bersikap dan berbuat emosional / mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.




                        Di kalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang mulai beranjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali merasa cemas akan kehilangan suami karena menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garis ketuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.
            Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa;
2)      Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab;
3)      Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya;
4)      Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( dengan suami atau istri ) sebagai orang pribadi yang utuh;
5)      Meneria dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya;
6)      Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier; dan
7)      Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.[2]






            Selain tugas-tugas perkembangan di atas, ada beberapa tugas lainnya menurut para ahli :

(1)   Tugas Perkembangan  Setengah Baya Menurut Hurlock ( 1968 )
      Tahapan dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan   kembali, masa equilibrium-disequilibrium. Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua. Wanita di sini kehilangan kesanggupan reproduksi. Ada yang menyatakan bahwa masa ini adalah masa bahaya bagi pria dan wanita.
      Menurutt Hurlock, secara kasar , tugas-tugas perkembangan bagi setengah baya dapat digolongkan dalam empat bagian besar :
1)      Tugas-tugas yang berhubungan dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan pisiologis bagi setengah baya.
2)      Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik. Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisi yang normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku social yang kurang menyenagkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia madya harus menyesuaikan diri diantaranya:
a.       Perubahan dalam penampilan
b.      Perubahan dalam kemampuan indra
c.       Perubahan dalam keberfungsian fisiologis
d.      Perubahan dalam kesehatan
3)      Perubahan dalam seksual
4)      Tugas-tugas yang berhubungan dengan perubahan-perubahan minat, sehingga    memungkinkan orang-orang setengah baya untuk memperoleh tanggungjawab kewarganegaraan dan sosial, dan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang atau kegiatan-kegiatan yang diselaraskan dengan tingkat perkembangan orang dewasa ini yang mengutamakan pengisi waktu luang yang bersifat ” family-oriented.” Family-oriented tadi melebihi keadaan selama tahun-tahunpermulaan masa dewasa. Perubahan minat yang ada pada masa usia madya, terjadi sebagai akibat dari perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan, dan peran dalam hidup. Konsentrasi pria pada bidang pengenbangan kerja pada umumnya memainkan peran penting dalam menekan keinginan mereka disbanding pada masa relative yang masih muda. Orang yang berusia madya sering kali mengasumsikan tanggung jawab warga nergara dan social, serta mengembangkan minat pada kedewasaan, pada tenpat-tenpat kegiatan yang brorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini.
5)      Tugas-tugas perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian-penyesuaian jabatan-pekerjaan yang dapat memungkinkan seseorang untuk meantapkan  dan memelihara suatu kestabilan standar kehidupan ekonomis bagi keluarga.
6)      Tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga; dengan pengutamaan menciptakan hubungan diri dengan suami atau isteri sebagai pribadi ( dalam persahabatan akrab ), menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang sudah lanjut usia, dan membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.[3]

(2)   Tugas Perkembangan Setengah Baya Menurut Erikson
            Masa dewasa merupakan fase generativitas  (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa tua ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.[4]




(3)   Tugas Perkembangan Menurut Havighurst
            Pada masa ini, tugas-tugas yang harus dituntaskan adalah menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologik, pasangan dipandang sebagai person menolong anak-anak muda menjadi dewasa, mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh, mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis, dan merealisasikan kesantaian secara sesuai.[5]

2.2.  Karakteristik Perkembangan Setengah Baya ( 40-60 Thn )
            Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus posisi usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal pisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara  dua masa kehidupan itu.
            Kalau posisi masa remaja merupakan peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal pisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, deikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka dalam masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “ salah tingkah” canggung dan kadang-kadang bingung.
      Adapun ciri-ciri / karakteristik dari perkembangan masa setengah baya adalah:
1)      Masa Yang Ditakuti
      Di samping masa tua ( old age ), usia setengah baya merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh orang banyak.  Orang-orang dewasa, terutama yang mendekati tahun-tahun terakhir masa dewasa awal, pada umumnya seakan ingin mengerem laju pertambahan usia mereka.
      Bagi wanita, usia setengah baya tidak saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tetapi juga bararti merosotnya daya tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak lagi menggiurkan bagi suami mereka. Tambahan pula dala usia ini, bagi banyak keluarga, karena adnya peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami, banyak di antara suami yang sibuk dan berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya, banyak isteri yang merasa terabaikan dan kesepian dan merasakan depresi.
      Khusus bagi pria, setengah baya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik ( secara menyeluruh ) termasuk berkurangnnya vitalitas seksuilnya. Beberapa kaum pria yang mulai mengalami adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan seksuil ini, mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan prestasi. Ada pula diantaranya yang justru sebaliknya; semakin memperhatikan penampilannya, berdandan sedemikian rupa untuk menarik perhatian wanita muda. Perilaku ini sesungguhnya  merupakan  pembungkus dari ketidakpercayaan terhadap daya tarik seksuil mereka. Kaum pria setengah baya seakan ingin membuktikan dirinya sebagai orang yang masih muda dan mampu, hal yang justru sering menjerumuskan untuk memperoleh cap “nafsu besar tenaga kurang.”
      Menurut E.B. Hurlock dalam bukunya “ Development Psychology” ( 1968), kurangnya pengetahuan tentang usia setengah baya dan kurangnya persiapan untuk menghadapi masa itu merupakan sebagian penyebab adanya rasa takut terhadap usia itu. Persis sama dengan ketakutan anak-anak dan orang tua mereka terhadap masa pubertas dengan perubahan-perubahan pisik serta perubahan tingkah laku yang menyertainya, demikian pula orang dewasa yang terdapat  dalam kedua  keaadaan di atas itu, dapat diredakan dengan kelengkapan pengetahuan tentang masa itu dan persiapan-persiapan untu menghadapinya.

2)      Masa Transisi
      Tidak jauh bedanya dengan masa pubertas yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja (adolescence) dan masa dewasa,usia setengah baya juga merupakan suatu masa transisi. Bagi orang dewasa dalam  usia setengah baya,  sebagian cirri-ciri pisik dan perilakunya memperlihatkan cirri-ciri dewasa awal, sementara banyak cirri pisik dan perilakunya memperlihatkan ciri-ciri dewasa awal, sementara banyak ciri pisik dan perilaku lainnya memperlihatkan cirri-ciri baru sebagai orang yang sudah tua.
      Dengan adanya perubahan-perubahan hal pisik dan adanya pola-pola prilaku baru, mengharuskan individu-individu dalam usia ini untuk belajar dan memainkan peranan-peranan baru pula. Sebagaimana halnya dalam masa remaja, orang-orang dewasa setengah baya diharapkan untuk berfikir dan berlaku hal yang berbeda dengan ketika mereka masih muda atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa pubertas, dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunyai hubungan yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran emosional yang dialami baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa menurunya kejantanan bagi pria dapat membingungkan, menghawatirkan dan menyusahkan. Menurunnya kesuburan bagi wanita setengah baya dapat sangat menyedihkan.

3)      Masa Penyesuaian Kembali
      Dalam masa setengah baya, cepat atau lambat, seseorang haruslah membuat penyesuaian-penyesuaian kembali terhadap adanya perubahan-perubahan pisik yang dialaminya. Apabila usia telah melangkah maju, meninggalkan masa muda dengan berbagai keindahan dan dinamikanya, dan seseorang telah memasuki pintu gerbang setengah baya, diharapkan kepadanya telah siap untuk mengadakan pengubahan terhadap pola-pola perilaku yang sesuai.perombakan-perombakan pola perilaku itu, terutama dilakukan jika ternyata banyak yang tidak selaras dengan “kewajaran” perilaku umum sebagai mana layaknya orang tua dalam masa usia ini. Dengan demikian, bagi beberapa orang dewasa, perombakan-perombakan itu mungkin harus telahh dilakukannya sejak awal masa setengah baya. Bagi beberapa orang lainnya barangkali tidak ada hal-hal yang memaksa dalam perombakan sebab mereka telah memiliki pola perilaku yang layak atau baik sepanjang masa dewasanya. Namun, bagaimanapun juga, cepat atau lambat, penyesuaian perilaku itu sangat perlu adanya seirama dengan datangnya perubahan-perubahan pisik secara pasti.  Dengan kata lain, diperlukan adanya penyesuaian kembali baik terhadap perubahan-perubahan pisik maupun perubahan-perubahan peranan.


4)      Masa Keseimbangan dan Ketakseimbangan
      Keseimbangan atau “equilibrium” pengertiannya mengacu pada adanya penyesuaian layak yang dilakukan oleh orang-orang dewasa (sehubungan dengan perubahan fisiknya) yang dicapainya dalam tingkat usia tertentu. Sedangkan ketakseimbangan merupakan keadaan yang sebaliknya, yaitu masih terjadinya kegoncangan penyesuaian yang dialami dalam usia-usia tertentu. Kesimbangan dan ketakseimbangan  itu, dialami oleh orang setengah baya baik bagi dirinya sendiri (internal) maupun dalam hubungannya dengan pasangan suami-isteri.
      Baik wanita maupunn pria setengah baya keseimbangan diri  sendiri dapat dicapai jika ada penyesuaian secara menyeluruh dan radikal bagi pola-pola kehidupannya. Adanya keseimbangan itu ditandai oleh dicapainya suatu keadaan tenang dan damai di rumah, tidak lagi “keluyuran” baik dalam artian pisik maupun psikis.
      Sekaitan dengan ketakseimbangan hubungan suani isteri itu, E.B. Hurlock mengatakan bahwa banyak persoalan-persoalan perkawinan  yang mendatangkan ketidakbahagiaan, perceraian, suami meninggalkan isteri atau menceraikan isteri, dapat ditelusuri penyebabnya pada perbedaan-perbedaan saat tibanya ketakseimbangan (disequilibrium) kedua jenis kelamin atau pasangan tersebut.

5)      Usia Berbahaya
      Usia setengah baya sebagai usia berbahaya, juga mengandung arti bagi banyak aspek kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu sakit karena berlebihan dala bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang sembarangan. Apabila sakit akibat  kelebihan kerja demikian serius, dapat menuntun seorang ke arah kematian.
      Usaha-usaha menghindari timbulnya keadaan berbahaya dalam usia setengah baya. Para ahli umumnya menitik beratkan perhatiannya pada akar permasalahan atau cikal-bakal terjadinya keadaan bahaya itu.apabila ditelusuri latar belakanngnya, maka kebanyakann kasus menghantarkan pada pekerja sosial, penyuluh ( konselor) perkawinan,  atau psikiater pada adanya perbedaan-perbedaan tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai ketakseimbangan dalam hal pencapaian keadaan  “ betah di rumah.” Juga karena rasa terancam yang dialami oleh wanita sehubungan datangnya menopause dan oleh pria sehubungan dengan datangnya climacteric dan pensiun. Pengobatan yang sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan orang dewasa setengah baya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pisik dan peranan yang dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di rumah ,” dan menemukan aktivitas-produktif.

6)      Usia Kaku atau Canggung
      Seperti halnya masa remaja yang tidak lagi dapat disebut sebagai kanak-kanak dan juga belu dapat dikatakan telah dewasa; posisi setengah baya demikian pula, sudah tidak lagi muda dan juga belum tua.
      Oleh karena posisi yang demikian itu, para setengah baya ini banyak yang merasa tidak mendapat pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin mencoba agar tidak terlihat tua. Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu, dinyatakanya dengan antara lain pemilihan busana yang dikenakan.
                  Beberapa pria dan kebanyakan wanita setengah baya mengenakan pakaian yang rapih seakan ingin mengalahkan anak-anak muda usia dengan maksud untuk meyakinkan diri sendiri dan orang-orang lain bahwa “ saya belum lagi setengah baya”      ( Hurlock 1968 ) . Pada pihak lain, seperti dikatakan oleh M.S.Ryan; “ Clothing; a study in human behavior” (1966), sebagian besar usia setengah baya berusaha berbusana dan berdandan sebaik mungkin, akan tetapi mereka konservatif ( kolot ) dalam berpakaian dan berdandan, dan belum bisa menguasai gaya  hidupnya secara mapan. Lebih lanjut Ryan menjelaskan bahwa konservatisme orang-orang usia setengah baya mewarnai pemilihan  benda-benda miliknya seperti rumah dan mobil, demikian pula dalam  tindak-tanduk dalam perjamuan, pesta dan sebagainya.




      Dua keadaan yang bertentangan itu, yaitu berpakaian dan berdandan rapi “pembungkus” ketuaan disatu pihak dan gejala konservatisme dalam hal mode pada lain pihak, membuat para orang dewasa setengah baya ini Nampak janggal dalam penampilannya. Kejanggalan-kejanggalan dalam banyak penampilan orang dewasa usia ini menggambarkan keadaan yang kaku atau canggung yang dialami oleh para orang setengah baya pada umumnya.



7)      Masa Berprestasi
      Berprestasi dalam usia setengah baya merupakan satu gambaran keadaan yang sangat positif dalam masa ini. Sejak tahun-tahun pertama usia setengah baya, terbuka peluang berprestasi ini, bahkan puncak prestasi yang dapat dicapai individu dalam tiap-tiap jangka kehidupannya tidak dapat menandingi puncak prestasi yang dicapai dalamm usia ini. Dengan demikian, usia setengah baya tidak melulu berisi gambaran yang tak enak.
      Dalam hal ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini, tidak hanya sukses dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam usia 40 sampai 50 tahun. Setelah itu seseorang tinggal bersenang-senang menikmati jerih-payahnya. Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan dalam usia itu.
      Factor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi puncak itu tentu saja ada, sehingga terdapat pula variasi cepat atau lambatnya dicapai puncak prestasi tersebut. Variasi itu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan dan kesempatan; khususnya dala relasi-relasi sosial.
      Kembali pada inti bahasan, dapat disimpulkan bahwa usia setengah baya merupakan masa yang penuh peluang untuk berprestasi bagi individu, yang walaupun dalam banyak hal, terdapat variasi yang dapat dicapai oleh masing-masing individu dan kecepatan individu dalam mencapai prestasi tersebut.[6]

8)      Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Ciri kedelapan usia madya adalah bahwa usia ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita madya, tapi ada dua aspek khusus yang perlu diperhatikan.
Pertama adalah aspen yang berhubungan dengan perubahan jasmani. Kedua, dimana standar ganda dapat terlihat nyata pada cara mereka (pria dan wanita) menyatakan sikap terhadap usia tua.


9)      Usia madya merupakan masa sepi
Ciri kesembilan usia madya adalah bahwa usia ini dialami sebagi masa sepi (empity nest), masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Kecuali dalam beberapa kasus, dibandingkan dengan usia rata-rata, atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier atau mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya masa sepi dalam kehidupan perkawinan.

10)  Usia madya merupakan masa jenuh
Ciri kesepuluh usia madya adalah bahwa sering kali periode ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan, wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara runah dan membesarkan anknya,  bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian.
Kejenuhan tidak akan mendatangkan kebahagiaan ataupun kepuasan pada usia manapun. Akibatnya usia madya sering kali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup.[7]


BAB III
KESIMPULAN

            Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani dan mental.
Tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
1.      Memantapkan pengamalan ajaran agama
2.      Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3.      Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
4.      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
5.      Mencapai dan mempertahankan prestasi   yang memuaskan dalam karier
6.      dan memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa

Dari kesepuluh karakteristik usia madya yang telah dikemukakan pada makalah ini, terlihat adanya ciri negatif dan ciri positif yang dialami individu usia madya. Dan jelas pula terlihat bahwa ciri-ciri negative jauh lebih banyak serta intensitasnya nampak lebih kuat dibanding dengan ciri positif yang ada. Dalam keadaan yang demikian itu, tentu saja diharapkan banyak melakukan persiapan seseorang sebelum ia memasuki usia setengah baya (madya). Dengan persiapan yang baik, besar kemungkinan seseorang dapat mengangkat tinggi-tinggi nilai positif dari ciri-ciri usia madya dan menekan sebanyak mungkin kemungkinan negative yang bakal timbul dalam usia itu.


DAFTAR PUSTAKA

B. Harlock, Elizabeth. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: CV Usaha Nasional.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Cita Pustaka Setia
Syah, Mubin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf L. N, Saymsu, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.










[1] Yusuf L. N, Saymsu, dkk. Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012). hal. 113-114
[2] Syah, Mubin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010). Hal 52-53.
[3] B. Harlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. ( Jakarta: Erlangga,1994). Hal. 325-374.
[4] Sobur, Alex. Psikologi Umum. (Bandung: Cita Pustaka Setia, 2009). Hal.135-137
[5] Ibid. hal139.
[6] Mappiare, Andi.  Psikologi Orang Dewasa. (Surabaya: CV Usaha Nasional,1983). Hal, 176-188
[7] B. Harlock, Elizabeth. Op. Cit. Hal. 320-324