MAKALAH
USIA
MADYA
Diajukan untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Psikologi Pendidikan
D
I
S
U
S
N
OLEH:
DEWI
WULANSARI (35.11.4.039)
NURHAYATI
SARAGIH (35.11.4.056)
RISKA
SYAHFITRI (35.11.4.059)
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan derajat
para kekasihNya di hadapanNya, yang memakaikan mahkota kemakrifatan kepada
mereka, yang memberi mereka minuman dari telaga cinta-Nya yang paling jernih,
yang memilih mereka dengan menyampaikan diri mereka keharibaan-Nya dan yang
membukakan tabir rahasia keEsaan-Nya.
Shalawat serta salam yang utuh dan sempurna tercurahkan
kepada junjungan kita, pemimpin seluruh alam, orang yang paling sempurna dalam
makam tajalli terhadap sifat ketuhanan tuhan-Nya dan orang yang telah mencapai
tujuan yang paling sempurna dari ubudiyyah kepada tuhan-Nya. Dialah tuan dan
sekaligus junjungan kita Nabi Muhammad SAW , matahari hidayah dan makrifat yang
terus bersinar diatas kerajaan-Nya.
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena
atas berkat-Nya makalah ini dapat disusun, sehingga bisa menjadi pegangan bagi
pembaca dan kalangan umum.
Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada Rina Mirza, M.Psi
selaku dosen mata kuliah “PISIKOLOGI PENDIDIKAN” dimana Beliau telah
memberikan kami kesempatan untuk membahas topik ini lebih dalam lagi. Dalam
makalah ini kami membahas tentang Karakteristik, tugas dan perkembangan usia
Madya.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Karena
itu, kepada para pembaca mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
kami untuk selanjutnya.
Medan, Oktober 2012
BAB I
PENDAHALUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang
sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan
ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi
penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.
Walaupun dewsa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih
lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak.
Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak
sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia
madya.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang
berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini
pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno,
seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang
bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian
halnya dengan manusia.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan
masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya
individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung
pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan
tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat
dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa,
memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran
baru dan harapan sosial usia madya.
1.2. Tujuan
1) Menjelaskan
tentang periode perkembangan pada masa
dewasa madya
(setengah baya)
2) Mendeskripsikan
tentang tugas perkembangan pada masa
dewasa madya (setengah baya)
3) Mendeskripsikan
tentang karakteristik perkembangan pada
masa dewasa madya (setengah baya)
1.3. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui periode,
tugas dan karakteristik perkembangan peserta didik pada masa dewasa madya
(setengah baya).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Latar Belakang Pentingnya Usia Setengah Baya
Terdapat
paling tidak dua alasan dua alasan pokok
dan dua tujuan penting yang ingin dicapai sehingga ilmu pengetahuan, khususnya
psikologi, sangat berminat mempelajari masa setengah baya. Alasan pokok dimaksud adalah ;
1)
Adanya gejala pertambahan proporsi
individu dalam asa setengah baya yang terjadi dari tahun ke tahun.
2)
Dibutuhkannya dasar-dasar pengetahuan
psikologis yang dapat dijadikan pertimbangan-pertimbangan dalam “menghadapi” individu-individu
yang berada dalam masa itu.
Kedua
alasan pokok tadi ditujukan untuk menemukan dua hal penting yaitu :
1)
Agar dapat dipetik manfaat yang
setingginya-tinggginya dari adanya tenaga potensil setengah baya ini bagi
kepentingan masyarakat umum dan negara.
2)
Agar diperoleh pengetahuan yang dapat
digunakan oleh individu yang bersangkutan itu sendiri dalam rangka
penyesuaian-penyesuaian hidup sehingga dicapai hidup yang lebih berbahagia.
Kebutuhan akan
dasar-dasar pengetahuan psikologis dalam “menghadapi” individu usia setengah
baya, berhubungan erat dengan keanfaatannya dalam kegiatan pendidikan dan
pembibingan, juga lapangan pekerjaan. Dalam kegiatan pendidikan, bagi
Indonesia, nampak sekali diperlukan pengetahuan tentang psikologi orang dewasa
(khususnya setengah baya) terutama dalam usaha mendidik warga dewasa dipedesaan
yang sebagian besar agaknya adalah orang-orang dalam masa setengah baya. Relative sama dengan itu
adalah keperluan dalam kegiatan penyuluhan perkawinan, pembibingan dan
penyuluhan pertanian bagi orang-orang dewasa. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa informasi-informasi yang disampaikan dalam kegiatan-kegiatan tersebut di
atas ini, akan jauh efektif dan efisien jika dipertimbangkan pula faktor-faktor
psikologis warga didik atau warga yang dibimbing.
2.2. Periode
dan Tugas Perkembangan Setengah Baya (40-60 Thn)
2.2.1.
Periode Perkembangan Setengah
Baya
Masa ini pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan
berakhir pada usia 60 tahun. Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak
melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra,seperti tidak sedikit orang yang
menggunakan kaca mata untuk membaca, atau mengalami sakit dengan penyakit
tertentu yang sebelumnya tidak teralami (seperti rematik, atau asam urat). Tugas-tugas
perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi :
(1) memantapkan
pengamalan ajaran agama
(2) mencapai tanggung
jawab sosial sebagai warga Negara
(3) membantu anak yang
sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
bahagia
(4) menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan
kemampuan atau fungsi)
(5) mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier dan (6) memantapkan
peran-perannya sebagai orang dewasa.[1]
2.2.2. Tugas Perkembangah Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung
antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita
yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang
sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan
ini timbul karena mereka senang lagi bersolek,suka bersikap dan berbuat
emosional / mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.
Di
kalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat
tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang mulai
beranjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali merasa cemas
akan kehilangan suami karena menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya
diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garis ketuaan di bagian
tertentu pada tubuhnya.
Adapun
tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut
:
1)
Mencapai tanggung jawab sosial dan
kewarganegaraan secara lebih dewasa;
2)
Membantu anak-anak yang berusia belasan
tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab;
3)
Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan
waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya;
4)
Menghubungkan diri sedemikian rupa
dengan pasangannya ( dengan suami atau istri ) sebagai orang pribadi yang utuh;
5)
Meneria dan menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya;
6)
Mencapai dan melaksanakan penampilan
yang memuaskan dalam karier; dan
7)
Menyesuaikan diri dengan perikehidupan
(khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia
lanjut.[2]
Selain tugas-tugas perkembangan di atas, ada beberapa tugas
lainnya menurut para ahli :
(1) Tugas Perkembangan Setengah Baya Menurut Hurlock ( 1968 )
Tahapan dewasa menengah merupakan masa
transisi, masa menyesuaikan kembali,
masa equilibrium-disequilibrium. Masa
yang ditakuti karena mendekati masa tua. Wanita di sini kehilangan kesanggupan
reproduksi. Ada yang menyatakan bahwa masa ini adalah masa bahaya bagi pria dan
wanita.
Menurutt Hurlock, secara kasar ,
tugas-tugas perkembangan bagi setengah baya dapat digolongkan dalam empat
bagian besar :
1) Tugas-tugas
yang berhubungan dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan
pisiologis bagi setengah baya.
2) Tugas-tugas
yang berkaitan dengan perubahan fisik. Tugas ini meliputi untuk mau melakukan
penerimaan akan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisi yang normal terjadi
pada usia madya. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena
adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin
diintensifkan lagi oleh perilaku social yang kurang menyenagkan terhadap
perubahan normal yang muncul bersama tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik
yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia madya harus menyesuaikan diri
diantaranya:
a.
Perubahan dalam penampilan
b.
Perubahan dalam kemampuan indra
c.
Perubahan dalam keberfungsian fisiologis
d.
Perubahan dalam kesehatan
3) Perubahan
dalam seksual
4) Tugas-tugas
yang berhubungan dengan perubahan-perubahan minat, sehingga memungkinkan orang-orang setengah baya
untuk memperoleh tanggungjawab kewarganegaraan dan sosial, dan untuk
mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang atau kegiatan-kegiatan yang
diselaraskan dengan tingkat perkembangan orang dewasa ini yang mengutamakan
pengisi waktu luang yang bersifat ” family-oriented.”
Family-oriented tadi melebihi keadaan
selama tahun-tahunpermulaan masa dewasa. Perubahan minat yang ada pada masa
usia madya, terjadi sebagai akibat dari perubahan tugas, tanggung jawab,
kesehatan, dan peran dalam hidup. Konsentrasi pria pada bidang pengenbangan
kerja pada umumnya memainkan peran penting dalam menekan keinginan mereka
disbanding pada masa relative yang masih muda. Orang yang berusia madya sering
kali mengasumsikan tanggung jawab warga nergara dan social, serta mengembangkan
minat pada kedewasaan, pada tenpat-tenpat kegiatan yang brorientasi pada
keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini.
5) Tugas-tugas
perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian-penyesuaian jabatan-pekerjaan
yang dapat memungkinkan seseorang untuk meantapkan dan memelihara suatu kestabilan standar
kehidupan ekonomis bagi keluarga.
6) Tugas-tugas
yang berhubungan dengan kehidupan keluarga; dengan pengutamaan menciptakan
hubungan diri dengan suami atau isteri sebagai pribadi ( dalam persahabatan
akrab ), menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang sudah lanjut usia,
dan membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggungjawab dan bahagia.[3]
(2)
Tugas
Perkembangan Setengah Baya Menurut Erikson
Masa dewasa merupakan fase generativitas (menciptakan)
yang selalu dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya
perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan
pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa tua ini
adalah kebijaksanaan dan pelepasan.[4]
(3)
Tugas
Perkembangan Menurut Havighurst
Pada masa ini, tugas-tugas yang harus dituntaskan adalah
menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologik,
pasangan dipandang sebagai person menolong
anak-anak muda menjadi dewasa, mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara
secara penuh, mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis, dan
merealisasikan kesantaian secara sesuai.[5]
2.2. Karakteristik Perkembangan Setengah Baya (
40-60 Thn )
Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa
remaja. Khusus posisi usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja.
Perubahan-perubahan hal pisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.
Kalau posisi masa remaja merupakan peralihan, tak lagi
dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia
setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja
merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal pisik yang membawa
akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya,
deikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat
pertumbuhan, maka dalam masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang
lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “
salah tingkah” canggung dan kadang-kadang bingung.
Adapun ciri-ciri / karakteristik dari perkembangan masa
setengah baya adalah:
1) Masa Yang Ditakuti
Di samping masa tua ( old age ), usia setengah baya merupakan masa yang sangat ditakuti
datangnya oleh orang banyak. Orang-orang
dewasa, terutama yang mendekati tahun-tahun terakhir masa dewasa awal, pada
umumnya seakan ingin mengerem laju pertambahan usia mereka.
Bagi wanita, usia setengah baya tidak saja
berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tetapi juga
bararti merosotnya daya tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak lagi
menggiurkan bagi suami mereka. Tambahan pula dala usia ini, bagi banyak keluarga,
karena adnya peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami, banyak di
antara suami yang sibuk dan berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya, banyak
isteri yang merasa terabaikan dan kesepian dan merasakan depresi.
Khusus bagi pria, setengah baya merupakan
usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik ( secara menyeluruh )
termasuk berkurangnnya vitalitas seksuilnya. Beberapa kaum pria yang mulai
mengalami adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan seksuil ini, mengalihkan
perhatian mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan prestasi. Ada pula
diantaranya yang justru sebaliknya; semakin memperhatikan penampilannya,
berdandan sedemikian rupa untuk menarik perhatian wanita muda. Perilaku ini
sesungguhnya merupakan pembungkus dari ketidakpercayaan terhadap daya
tarik seksuil mereka. Kaum pria setengah baya seakan ingin membuktikan dirinya
sebagai orang yang masih muda dan mampu, hal yang justru sering menjerumuskan
untuk memperoleh cap “nafsu besar tenaga kurang.”
Menurut E.B. Hurlock dalam bukunya “
Development Psychology” ( 1968), kurangnya pengetahuan tentang usia setengah
baya dan kurangnya persiapan untuk menghadapi masa itu merupakan sebagian
penyebab adanya rasa takut terhadap usia itu. Persis sama dengan ketakutan
anak-anak dan orang tua mereka terhadap masa pubertas dengan
perubahan-perubahan pisik serta perubahan tingkah laku yang menyertainya,
demikian pula orang dewasa yang terdapat
dalam kedua keaadaan di atas itu,
dapat diredakan dengan kelengkapan pengetahuan tentang masa itu dan
persiapan-persiapan untu menghadapinya.
2) Masa Transisi
Tidak jauh bedanya dengan masa pubertas
yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja (adolescence) dan masa dewasa,usia
setengah baya juga merupakan suatu masa transisi. Bagi orang dewasa dalam usia setengah baya, sebagian cirri-ciri pisik dan perilakunya
memperlihatkan cirri-ciri dewasa awal, sementara banyak cirri pisik dan
perilakunya memperlihatkan ciri-ciri dewasa awal, sementara banyak ciri pisik dan
perilaku lainnya memperlihatkan cirri-ciri baru sebagai orang yang sudah tua.
Dengan
adanya perubahan-perubahan hal pisik dan adanya pola-pola prilaku baru,
mengharuskan individu-individu dalam usia ini untuk belajar dan memainkan
peranan-peranan baru pula. Sebagaimana halnya dalam masa remaja, orang-orang
dewasa setengah baya diharapkan untuk berfikir dan berlaku hal yang berbeda
dengan ketika mereka masih muda atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa
pubertas, dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya
mempunyai hubungan yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran
emosional yang dialami baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa
menurunya kejantanan bagi pria dapat membingungkan, menghawatirkan dan
menyusahkan. Menurunnya kesuburan bagi wanita setengah baya dapat sangat
menyedihkan.
3) Masa Penyesuaian Kembali
Dalam
masa setengah baya, cepat atau lambat, seseorang haruslah membuat
penyesuaian-penyesuaian kembali terhadap adanya perubahan-perubahan pisik yang
dialaminya. Apabila usia telah melangkah maju, meninggalkan masa muda dengan
berbagai keindahan dan dinamikanya, dan seseorang telah memasuki pintu gerbang
setengah baya, diharapkan kepadanya telah siap untuk mengadakan pengubahan
terhadap pola-pola perilaku yang sesuai.perombakan-perombakan pola perilaku
itu, terutama dilakukan jika ternyata banyak yang tidak selaras dengan
“kewajaran” perilaku umum sebagai mana layaknya orang tua dalam masa usia ini.
Dengan demikian, bagi beberapa orang dewasa, perombakan-perombakan itu mungkin
harus telahh dilakukannya sejak awal masa setengah baya. Bagi beberapa orang
lainnya barangkali tidak ada hal-hal yang memaksa dalam perombakan sebab mereka
telah memiliki pola perilaku yang layak atau baik sepanjang masa dewasanya.
Namun, bagaimanapun juga, cepat atau lambat, penyesuaian perilaku itu sangat
perlu adanya seirama dengan datangnya perubahan-perubahan pisik secara pasti. Dengan kata lain, diperlukan adanya
penyesuaian kembali baik terhadap perubahan-perubahan pisik maupun
perubahan-perubahan peranan.
4) Masa Keseimbangan dan
Ketakseimbangan
Keseimbangan
atau “equilibrium” pengertiannya
mengacu pada adanya penyesuaian layak yang dilakukan oleh orang-orang dewasa
(sehubungan dengan perubahan fisiknya) yang dicapainya dalam tingkat usia
tertentu. Sedangkan ketakseimbangan merupakan keadaan yang sebaliknya, yaitu
masih terjadinya kegoncangan penyesuaian yang dialami dalam usia-usia tertentu.
Kesimbangan dan ketakseimbangan itu,
dialami oleh orang setengah baya baik bagi dirinya sendiri (internal) maupun
dalam hubungannya dengan pasangan suami-isteri.
Baik
wanita maupunn pria setengah baya keseimbangan diri sendiri dapat dicapai jika ada penyesuaian
secara menyeluruh dan radikal bagi pola-pola kehidupannya. Adanya keseimbangan
itu ditandai oleh dicapainya suatu keadaan tenang dan damai di rumah, tidak
lagi “keluyuran” baik dalam artian pisik maupun psikis.
Sekaitan
dengan ketakseimbangan hubungan suani isteri itu, E.B. Hurlock mengatakan bahwa
banyak persoalan-persoalan perkawinan
yang mendatangkan ketidakbahagiaan, perceraian, suami meninggalkan
isteri atau menceraikan isteri, dapat ditelusuri penyebabnya pada
perbedaan-perbedaan saat tibanya ketakseimbangan (disequilibrium) kedua jenis kelamin atau pasangan tersebut.
5) Usia Berbahaya
Usia
setengah baya sebagai usia berbahaya, juga mengandung arti bagi banyak aspek
kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu sakit karena berlebihan dala
bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang sembarangan. Apabila sakit
akibat kelebihan kerja demikian serius,
dapat menuntun seorang ke arah kematian.
Usaha-usaha
menghindari timbulnya keadaan berbahaya dalam usia setengah baya. Para ahli umumnya
menitik beratkan perhatiannya pada akar permasalahan atau cikal-bakal
terjadinya keadaan bahaya itu.apabila ditelusuri latar belakanngnya, maka
kebanyakann kasus menghantarkan pada pekerja sosial, penyuluh ( konselor)
perkawinan, atau psikiater pada adanya
perbedaan-perbedaan tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai
ketakseimbangan dalam hal pencapaian keadaan
“ betah di rumah.” Juga karena rasa terancam yang dialami oleh wanita
sehubungan datangnya menopause dan oleh pria sehubungan dengan datangnya climacteric dan pensiun. Pengobatan yang
sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan orang dewasa setengah baya
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pisik dan peranan yang
dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di rumah ,” dan menemukan
aktivitas-produktif.
6) Usia Kaku atau Canggung
Seperti
halnya masa remaja yang tidak lagi dapat disebut sebagai kanak-kanak dan juga
belu dapat dikatakan telah dewasa; posisi setengah baya demikian pula, sudah
tidak lagi muda dan juga belum tua.
Oleh
karena posisi yang demikian itu, para setengah baya ini banyak yang merasa
tidak mendapat pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka ingin
menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin mencoba agar tidak
terlihat tua. Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu, dinyatakanya dengan
antara lain pemilihan busana yang dikenakan.
Beberapa pria dan kebanyakan wanita
setengah baya mengenakan pakaian yang rapih seakan ingin mengalahkan anak-anak
muda usia dengan maksud untuk meyakinkan diri sendiri dan orang-orang lain
bahwa “ saya belum lagi setengah baya”
( Hurlock 1968 ) . Pada pihak lain, seperti dikatakan oleh M.S.Ryan; “ Clothing; a study in human behavior”
(1966), sebagian besar usia setengah baya berusaha berbusana dan berdandan
sebaik mungkin, akan tetapi mereka konservatif ( kolot ) dalam berpakaian dan
berdandan, dan belum bisa menguasai gaya
hidupnya secara mapan. Lebih lanjut Ryan menjelaskan bahwa konservatisme
orang-orang usia setengah baya mewarnai pemilihan benda-benda miliknya seperti rumah dan mobil,
demikian pula dalam tindak-tanduk dalam
perjamuan, pesta dan sebagainya.
Dua
keadaan yang bertentangan itu, yaitu berpakaian dan berdandan rapi “pembungkus”
ketuaan disatu pihak dan gejala konservatisme dalam hal mode pada lain pihak,
membuat para orang dewasa setengah baya ini Nampak janggal dalam penampilannya.
Kejanggalan-kejanggalan dalam banyak penampilan orang dewasa usia ini
menggambarkan keadaan yang kaku atau canggung yang dialami oleh para orang
setengah baya pada umumnya.
7) Masa Berprestasi
Berprestasi
dalam usia setengah baya merupakan satu gambaran keadaan yang sangat positif
dalam masa ini. Sejak tahun-tahun pertama usia setengah baya, terbuka peluang
berprestasi ini, bahkan puncak prestasi yang dapat dicapai individu dalam
tiap-tiap jangka kehidupannya tidak dapat menandingi puncak prestasi yang
dicapai dalamm usia ini. Dengan demikian, usia setengah baya tidak melulu
berisi gambaran yang tak enak.
Dalam hal
ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini, tidak hanya sukses
dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal kekuasaan dan prestise.
Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam usia 40 sampai 50 tahun.
Setelah itu seseorang tinggal bersenang-senang menikmati jerih-payahnya. Para
pejabat dan pemimpin formal kebanyakan dalam usia itu.
Factor-faktor
yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi puncak itu tentu saja ada,
sehingga terdapat pula variasi cepat atau lambatnya dicapai puncak prestasi
tersebut. Variasi itu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan kreativitas, tingkat
pendidikan, bidang kegiatan dan kesempatan; khususnya dala relasi-relasi
sosial.
Kembali
pada inti bahasan, dapat disimpulkan bahwa usia setengah baya merupakan masa
yang penuh peluang untuk berprestasi bagi individu, yang walaupun dalam banyak
hal, terdapat variasi yang dapat dicapai oleh masing-masing individu dan
kecepatan individu dalam mencapai prestasi tersebut.[6]
8)
Usia
madya dievaluasi dengan standar ganda
Ciri kedelapan usia
madya adalah bahwa usia ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi
pria dan satu lagi bagi wanita. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak
aspek terhadap kehidupan pria dan wanita madya, tapi ada dua aspek khusus yang
perlu diperhatikan.
Pertama adalah aspen
yang berhubungan dengan perubahan jasmani. Kedua, dimana standar ganda dapat
terlihat nyata pada cara mereka (pria dan wanita) menyatakan sikap terhadap
usia tua.
9)
Usia
madya merupakan masa sepi
Ciri kesembilan usia
madya adalah bahwa usia ini dialami sebagi masa sepi (empity nest), masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama
orang tua. Kecuali dalam beberapa kasus, dibandingkan dengan usia rata-rata,
atau menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier atau
mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya masa sepi dalam kehidupan
perkawinan.
10) Usia madya merupakan masa jenuh
Ciri kesepuluh usia
madya adalah bahwa sering kali periode ini merupakan masa yang penuh dengan
kejenuhan. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan
kehidupan bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan, wanita yang
menghabiskan waktunya untuk memelihara runah dan membesarkan anknya, bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan
pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian.
Kejenuhan tidak akan
mendatangkan kebahagiaan ataupun kepuasan pada usia manapun. Akibatnya usia
madya sering kali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup.[7]
BAB
III
KESIMPULAN
Pada
umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40
sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan
jasmani dan mental.
Tugas-tugas perkembangan yang harus
dituntaskan pada usia ini meliputi:
1. Memantapkan
pengamalan ajaran agama
2. Mencapai
tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3. Membantu
anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia
4. Menerima
dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik
(penurunan kemampuan atau fungsi)
5. Mencapai
dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
dalam karier
6. dan
memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa
Dari kesepuluh
karakteristik usia madya yang telah dikemukakan pada makalah ini, terlihat
adanya ciri negatif dan ciri positif yang dialami individu usia madya. Dan
jelas pula terlihat bahwa ciri-ciri negative jauh lebih banyak serta
intensitasnya nampak lebih kuat dibanding dengan ciri positif yang ada. Dalam
keadaan yang demikian itu, tentu saja diharapkan banyak melakukan persiapan
seseorang sebelum ia memasuki usia setengah baya (madya). Dengan persiapan yang
baik, besar kemungkinan seseorang dapat mengangkat tinggi-tinggi nilai positif
dari ciri-ciri usia madya dan menekan sebanyak mungkin kemungkinan negative
yang bakal timbul dalam usia itu.
DAFTAR
PUSTAKA
B. Harlock, Elizabeth. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: CV Usaha Nasional.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Cita Pustaka Setia
Syah, Mubin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Yusuf L. N, Saymsu, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Yusuf L. N, Saymsu, dkk. Perkembangan
Peserta Didik. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012). hal. 113-114
[2] Syah, Mubin. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010).
Hal 52-53.
[3] B.
Harlock, Elizabeth. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. ( Jakarta: Erlangga,1994). Hal. 325-374.
[5]
Ibid. hal139.
[6] Mappiare, Andi. Psikologi
Orang Dewasa. (Surabaya: CV Usaha Nasional,1983). Hal, 176-188
[7] B.
Harlock, Elizabeth. Op. Cit. Hal.
320-324